Saturday, August 1, 2009

IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp)

IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp)
I.TUJUAN
1.Mengetahui dan dapat melakukan handling
2.Mengetahui cara menimbang berat badab ikan
3.Mengetahui cara sexing
4.Mengetahui dan dapat melakukan penyuntikan
5.Mengetahui cara mengambil darah
6.Mengetahui cara narkose
7.Mengetahui cara nekropsi

II.TINJAUAN PUSTAKA
Ikan nila merah (Oreocrhromis sp) adalah sebagai hasil persilangan antara o.mossambica / o.nilotica dengan o.hornorum, o.aureus / o.zilii.
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Subclass : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphy
Subordo : Percaidae
Famili : Cichildae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis Sp
Sifat-sifat umumnya antara lain bentuk tubuh pipih dan berwarna kemerahan atau kuning keputihan, mengerami telurnya dalam mulut (2 minggu) omnivora, dimana lerva memakan alga, crutaceae kecil dan benthus, sedangkan dewasa memakan hancuran organik, dapat hidup di air payau atau air tawar, kuat terhadap kekurangan oksigen, PH 4,5-11 , memijah sepanjang tahun dan bila induknya baik maka akan memijah 1,5 bulan sekali.
Sexing:
Ciri-ciri induk jantan:
Warna badan lebih gelap
Saat memijah, tepi sirip merah cerah
Alat kelamin berupa tonjolan dan bila diurut akan jeluar sperma, terdapat lubang alat kelamin 2 buah
Tulang rahang melebar ke belakang
Ciri-ciri induk betina:
Warna tubuh lebih cerah
Gerakan lebih lamban
Perut lebih besar
Lubang kelamin 3 buah
Penyakit-penyakit:
1.Argulosis / kutu ikan
Disebabkan oleh Argulus indicus, gejala: bercak coklat kekuningan pada ikan. Dapat dilakukan pencegahan dengan:
Mengambil kutu yang ada
Menetesi ikan dengan garam pekat
Pengapuran kolam
Penyemprotan kolam dengan insektisida 1mg/m3 air
2.Iernaeosis
Disebabkan oleh Iernia trilapial, dengan gejala: adanya tonjolan pada kulit. Dapat dilakukan pencegahan dengan:
Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum pembenihan
Pemasangan filter kolam
Diberi insektisida Agrothusion, abu logus dosis 0,5-1 m3 air 24 jam

3.Ichthyopthirius
Disebabkan oleh ichthyopthirius multifilis dengan gejala: bintik putih hingga abu-abu pada kulit. Dapat dilakukan pencegahan dengan:
Sanitasi lingkungan
Disinfeksi kolam dengan larutan pekat 50 mg/m3 1 gr + 2,5 cc formalin / m3 air selama 24 jam
4.Myxobulus
Disebabkan oleh myxobulus exigulus, M.Notablis dengan gejala: bintik putih/bisul pada kulit. Dapat dilakukan pencegahan dengan:
Pemusnahan bangkai ikan
Penyaringan dan pengapuran kolam
Pemasangan filter pada saluran air kolam
5.Dermatomycosis
Disebabkan oleh cendawan Sapnogtea parasitica , dengan gejala: adanya rambut (kumpulan benang seperti kapas berwarna putih kelabu). Dapat dilakukan pencegahan dengan:
Menghindari luka mekanis pada ikan
Perendaman luka mekanis pada ikan dan telur dalam larutan malachit green 60 gr/m3 selama10-20 detik
Penyakit-penyakit lain pada ikan:
1.VHS (Viral Haemorrhagic Septicaemia)
2.IPN (Infectious Pancreatic Necrosis)
3.Furunkolosis (Aeromonas Salmonicida)
4.RSD (Red Sore Diseasse)
5.Pseudomoniasis (Pseudomonas flurescens)
6.Vibriosis (V. anguilarum)
7.Tuberculosis (Mycobacterium marianum, M.fortiatum)
8.Gyrodactilosis: menyerang bagian epidermis akibatnya produksi lendir meningkat.
9.Dactylogyosis: menyerang insang sehingga frekuensi pernapasan meningkat
10.Bakteriosis
III.MATERI DAN METODE
MATERI:
Alat:
Busa dengan celah V
Spuit
Conte
Kanul bengkok
Timbangan
Tabung EDTA
Bahan:
Ikan nila hitam
Larutan giemza
Minyak cengkeh

METODE:
1.Handling
Sebelah dorsal:
Ikan dipegang dari arah dorsal arah depan, didepan pinea dorsal

Posisi ikan diantara ibu jari dan keempat jari lainnya
Sebelah ventral:
Ikan dipegang dari depan dibawah kepala

Posisi ikan diantara ibu jari dan keempat jari lainnya
2.Penimbangan
Timbangan distel pada angka nol

Rebahkan ikan pada timbangan

Kemudian catat angka pada timbangan
3.Sexing
Handling dengan benar

Lihat ciri-ciri ikan
(ada tidaknya tonjolan pada alat kelamin)

Amati
(tentukan jenis kelamin ikan tersebut)
4.Penyuntikan / perlakuan
Per oral :
Spet tanpa jarum diisi dengan larutan giemza

Masukkan kedalam mulut

Suntikkan cairan / larutan giemza tersebut
Intramuskular :
Lihat arah sisik ikan
Pilih pada musculus yang tebal dan jauh dari pembuluh darah
Yaitu m. epaxial dan m. hepaxial

Angkat sisik dan tusukkan jarum

Maukkan larutan Giemza
Intraperitoneal :
Tarik garis lurus didepan pinea abdominalis sampai linea lateralis

Suntikkan dibawah sisik, didepan dibawah pertemuan garis tersebut




5.Pengambilan darah (beberapa teknik antara lain narkose, ikan hidup/ mati segar )
Narkose (elektrik) dengan listrik :
Iakn diletakkan dalam bejana gelas

Aliri listrik 1-3 detik (syok)

Reflek hilang 1-3 menit

Ambil darah

- Narkose dengan bahan kimia :
40% etil alkohol

Tampan basah

Insang→reflek hilang2-4 menit
dan
Ikan dicelupkan dalam 0,5% urethan

Reflek okuler menghilang
Dapat juga digunakan minyak cengkeh
6.Lokasi pengambilan darah
a.Arteri caudalis (paling sering) :

Jarum ditusukkan cukup dalam pada garis medial, tepat dibelakang pinea analis

Dorso cranial (gurameh : 2-3 cm) menatap vertebrae

Pembuluh darah tepat di bawah vertebrae
b.Jantung :
Jantung ditusukkan garis median 0.5-1cm cranial

Pinggir posterior tutup insang

Dorso caudal sudut 450
c.Aorta descendens
Panjang jarum ±10cm

Garis medial palatum atas, ruang kerongkongan

Tusukkan pendek pada pembuluh darah 2-3cm
7.Nekropsi
Belah padabagian anus ke cranial setelah ikan mati

Belah dari abdomen menuju linea lateralis di depan dan belakang

Amati organ
IV.HASIL PERCOBAAN
OREOCHORMIS Sp
No.
Perlakuan
Keterangan
1.
Handling
Tangan kanan memegang bagian dorsal
Tangan kiri memegang bagian ventral
2.
Berat Badan
Jantan : 200 gram
Betina : 90 gram
3.
Sexing
Jantan dan betina
4.
Perlakuan:
a.P.O
b.I.M

c.I.P
Menggunakan larutan giemza
Dilakukan langsung lewat mulut
Dilakukan pada m.Apaxial dan m.Hepaxial
Dilakukan dibawah sisik, garis pertemuan antara pinea abdomen hingga linea lateralis
5.
Pengambilan Darah:
a.Arteri

b.Intracardial
c.Aorta ascendens

Dilakukan pada a.caudalis dibawah vertebrae.
Dilakukan pada jantung
Dilakukan pada pallatum atas, ruang kerongkongan.
6.
Narkose
Menggunakan minyak cengkeh ±3 tetes
7.
Nekropsi
Organ-organ tampak normal

V.PEMBAHASAN
1)Handling
Dapat dilakukan oleh praktikan.
2)Penimbangan
Dari hasil penimbangan didapatkan berat ikan adalah jantan (200 gram) dan betina (90 gram).



3)Sexing
Dengan melihat ciri-cirinya, dapat ditentukan bahwa jenis kelamin ikan tersebut adalah jantan, sebab ada tonjolan pada alat kelamin dan saat diurut keluar sperma, warna badan lebih gelap (relatif)
4)Perlakuan
a.Peroral (P.O)
Larutan giemza dimasukkan langsung kedalam mulut dengan menggunakan kanul bengkok.
b.IntraMuskuler (I.M)
Dilakukan pada m.Apaxial, di sekitar bagian atas linea lateralis, dan pada m.Hepaxial, disekitar bagian bawah linea lateralis. Biasanya untuk tujuan pengobatan.
c.IntraPeritoneun (I.P)
Penyuntikan dilakukan disebelah lateral abdomen dengan menarik garis dari depan pinea abdominalis, keatas sampai bertemu linea lateralis. Pada daerah pertemuan keduanya (dibawah vertebrae)
5)Pengambilan darah
a.Arteri caudalis
Dapat dilakukan dengan baik, meski harus dilakukan berulang kali. Lokasi pembuluh darah tepat dibawah vertebrae.
b.Jantung
posisi jantung diposterior tutup insang (dorso caudal). Pengambilan darah dengan teknik ini butuh keterampilan yang lebih, karena posisinya sulit dicari.
c.Aorta Descendens
Dilakukan. Posisinya di pallatum atas ruang kerongkongan. Praktikan ada yang berrhasil ada yang tidak.
6)Narkose
Narkose kali ini menggunakan minyak cengkeh ± 3 tetes. setelah 15 detik. ikan yang dimasukkan ke larutan cengkeh tadi perlahan akan mengalami kehilangan reflek okuler.
7)Nekropsi
Nekropsi dilakukan dengan baik kemudian dilakukan pengamatan terhadap organ-organ dalam dari ikan tersebut. Semua organ-organ tampak normal.

VI.KESIMPULAN
1.Handling mempermudah perlakuan terhadap ikan.
2.penimbangan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang berat badan.
3.Sexing dapat dilihat dari alat kelamin, warna tubuh, dan warna sirip saat memijah.
4.Penyuntikan untuk pengobatan dapat dilakukan secara intramuskuler dan intraperitoneal.
5.Pengambilan darah untuk diagnosa penyakit dapat dilakukan pada jantung, arteri caudalis, dan aorta descendens.
6.Nerkose dilakukan untuk memudahkan perlakuan menganbil darah.
7.Nekropsi untuk pengamatan organ-organ dalam dan diagnosa penyakit.