mungkin bagi mereka hanya merupakan sekedar air biasa saja
yang dibuat dari rebusan air yang diseduh bersama daun teh dan beberapa sendok gula manis
rasa-rasanya air itu tidak berbeda dengan air biasa laennya, seperti air jeruk
yang hanya minuman sekedar penghilang rasa haus ketika makan
yang mempunyai rasa biasa saja,
yang hanya dibeli seharga seribu rupiah saja
yang enak ketika dicampur dengan es batu
namun dibalik itu semua ada makna dan perjuangan di dalamnnya
ada sebuah pemikiran yang aneh dan agak ga logis bagi diriku
apalagi ketika memasuki bulan Puasa,
wow!
rasa-rasanya menjadi sangat special bagiku
rasa hangat dan manis ditemani rasa kebersamaan bersama teman-temen
pembuka bagi pelepas rasa dahaga ketika setelah seharian berpuasa dan beraktivitas
cita rasa yang khas ketika meneguk air teh hangat manis tersebut
memiliki rasa yang tentunya berbeda
sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan hanya dengan kata-kata
rasa yang berbalut sangit dengan balutan asap bakaran kayu ketika menghirup uap air panasnya
yang membuatnya semakin enak untuk dinikmati
yang hanya bisa dinikmati sebulan saja setiap tahunnya
lalu bagaimana itu menjadi sangat special???
air itu dimasak memakai bahan bakar kayu,
yang dimasak dalam sebuah dapur kecil di samping masjid
di dalam dapur itu berbalut dengan asap yang memenuhi ruangan tersebut
rasa panas pengap dan rasa sulit ketika harus pertama untuk menyalakan api dari beberapa bongkah kayu
dan sebuah perjuangan untuk menyalakan api
serta sebuah proses dan tahapan ketika untuk memasakkan air tersebut
kebersamaan yang untuk bekerja untuk menghidangkan kepada orang laen yang sedang berpuasa
dapur yang menyimpan seribu makna bagiku
yang selalu mengingatkanku ketika diriku masi kecil
ketika diriku masi menjadi bagian dari sebuah kepanitiaan masjid di kampungku
yang kini aku sudah merasakan sekitar 10 tahunan ketika aku pertama kali menginjakkan kakiku disana
saat ini aku sudah 4 tahun setelah tidak menyalakan api tersebut,
yang kini sudah diganti oleh adek2 penerusku
dan semoga kebersamaan ini akan selalu tercipta sampai anak dan cucu kita
Jogja, 29 Agustus 2010 / 19 Ramadan 1431 H
ditulis bersama dan dengan seteguk air teh hangat manis berbalut kebersamaan dan keceriaan
terima kepada Allah SWT yang memberiku kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadan
betapa mulianya perjuangan itu..., meski tersaji hanya dg segelas teh manis...
ReplyDeletemenyantuh kang....
salam.