Pernahkah anda bercermin? Sering, bahkan setiap hari. Seberapa lamakah anda bercermin? Enggak tentu, tuh. Kadang sekilas, kadang lama juga sich. Apa yang terlintas dipikiran anda saat lama memetung di depan kaca? Apa yah......malu ach......
Tuh kan terkadang kita malu mengakui keaadan sendiri. Kita merasa enggaka PD dengan apa yang kita miliki. Nih saya kasih cerita biar kamu yang sering ngerutin dahi kalau lagi ngaca atau bengong sambil pikiran melayang ngebayangin bayangan yang ada di dalam kaca bisa berubah menjadi selebtriti, tersenyum bahagia.
Abdu seorang pengusaha muda akhir-akhir ini sering termenung sendiri. Seolah ada masalah berat yang membebani pikirannya. Hari mulai petang, para karyawan sudah meninggalkan kantor. Abdu tidak bergeming dari kursinya. Ia duduk termenung matanya menerawang menembus jendela kantornya yang ada dilantai 15 sebuah gedung megah.
Anti, kenapa begitu berat bagiku memenuhi permintaanmu padahal selama ini apapun yang kamu mau pasti aku beri. Tapi untuk permintaan yang satu ini rasanya masih mengganjal untuk ku setujui. Kita sudah membina hubungan cinta selama lebih tiga tahun. Aku tidak sangsi dengan ketulusan cintamu karena aku yakin kamu mencintaiku seperti aku mencintaimu. Tapi untuk yang satu ini rasanya aku masih belum sepenuh hati menerima permintaanmu. Bukannya aku tidak siap, aku sudah siap bahkan mantap. Tahun ini aku mengakhiri masa lajangku. Aku ingin segera berumah tangga, biar waktu pulang ada istri yang menunggu bukan hanya pembantu yang bukakan pintu. Aku sangat rindu miliki anak yang akan mewarnai hari-hari liburku dengan canda dan tawa. Tapi masih ada ganjalan dalam dadaku untuk datang kerumahmu, menemui ayahmu dan mengatakan bersedia menjadikanmu sebagai istriku.
Jangan pernah berprasangka aku tidak mencintaimu lagi karena ada wanita lain yang lebih cantik darimu. Jika aku bandingkan dengan teman–temanmu, karyawan kantorku, rekan bisnisku bahkan teman–teman masa kuliah dulu kamu masih lebih unggul. Kamu bukan hanya cantik tapi juga setia. Selama kita berpacaran belum pernah aku mendapatkanmu selingkuh. Namun saat kamu marah sulit bagiku menenangkanmu. Nampak jelas sifat egoismu menguasai akal sehat. Ketika kamu seperti itu aku teringat dosen filsafatku.
Suatu hari ia masuk ruangan kuliah dengan wajah berseri lalu sambil tersenyum ia berkata "Saya akan cuti selama 2 minggu untuk bulan madu". Kami semua heran karena selama ini belum pernah ngedenger dosen itu punya pacar apalagi sampai mau nikah. Kami lebih kaget campur salut ketika tahu bahwa calon istrinya adalah mahasiswa tercantik dikampus.
Selesai cuti bulan madu, nampak sekali perubahan dalam dirinya. Si dosen lebih bergairah mengajar dan selalu ceria ketika menjelaskan pelajaran. Keadaan ini sangat bermanfaat bagiku karena aku jadi tambah semangat belajar filsafat. Sayang keadaan ini hanya seumur jagung. Setelah tiga bulan dosenku mulai males ngajar. Ia lebih sering ngasih tugas, kalaupun menerangkan penjelasannya kosong melompong.Kami memberanikan diri nanya keadaannya. Dengan berak ia berkata "Saya salah memilih istri". Belum genap satu tahun umur perkawinan mereka, si dosen sudah menceraikan istrinya.
Tekad Abdu bulat untuk menyelesaikan masalahnya. Ia tidak mau terus menerus dibebani masalah yang pada akhirnya akan mematikan segala aktifitasnya. Tahun ini aku harus menikah dan enggak usah bingung cari calon mempelai wanita.
Hari minggu ia jalankan mobilnya ke toko perhiasan. Sebuah cincin bermata berlian ia beli lalu kembali tancap gas. Setelah setengah jam perjalanan mobilnya diparkir didepan sebuah rumah. Seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagi Abdu menyalaminya sambil mengajak masuk. Abdu memulai pembicaraan yang ditanggapi ramah oleh si pemilik rumah. Setelah lelah berbasa basi akhirnya ia menjelaskan maksud kedatangannya.
"Sengaja saya datang ke sini untuk melamarmu"
"Hah….." Si wanita melongo tak percaya.
"Hei, kamu ini ngaco atau sengaja ngolok-ngolok aku?"
"Aku serius, aku ingin kamu jadi istriku"
"Enggak Hani, aku serius. Ini aku bawa cincin"
Hani masih enggak bisa percaya. Ia tidak pernah menyangka Abdu akan memintanya menjadi istri. Walaupun sebagai wanita normal ia diam-diam mengagumi sahabatnya yang sangat perhatian itu. Kadang terlintas dalam memorinya ia bersanding dengan Abdu di pelaminan namun secepat kilat ia hapus khayalannya, karena ia atau Abdu, seorang pengusaha muda nan rupawan tidak mungkin mau merperistrinya. Ia hanya seorang wanita biasa yang tidak dikaruniai kecantikan berlimpah selayaknya Anti. Sekalipun mereka akrab Hani yakin Abdu hanya menganggap ia hanya teman biasa. Apalah arti seorang Hani dibandingkan dengan Anti. Namun melihat keseriusan Abdu gunung es ke-tidak percayaan Hani mencair.
"Kenapa kamu pilih aku?"
"Han, aku tidak sedang berkeinginan membangun sandiwara keluarga, tidak juga mementaskan drama rumah tangga yang berlangsung beberapa episode kemudian berakhir".
"Aku ingin membangun rumah tangga haqiqi yang halaman depannya dipagari saling percaya, ruang tengahnya dihiasi setia, kamarnya dipenuhi cinta dan kasih sayang atapnya."
"Aku yakin rumah tangga yang harmoni akan tercipta dengan kamu menjadi istri". "Bagaimana Anti?"
"Aku sudah ke rumahnya. Walaupun berat bagiku untuk melepaskannya dan ia pun begitu, namun sakit sekarang lebih baik dari pada terjadi nanti setelah berumah tangga. Aku coba membuatnya mengerti dan Alhamdulillah ia mau mengerti"
"Aku ingin mendengar kepastian jawaban darimu."
"Maukah kamu jadi isrtiku?"
Tidak sepatah katapun keluar dari bibir Hani. Hanya butiran-butiran kristal menitik membasahi pipinya. Dan itu sudah cukup bagi Abdu sebagai jawaban kesediaan Hani menjadi istrinya.
Nah loh kok akhirnya jadi begini. Enak si Hani dong. Lagian si Abdu enggak punya pendirian sich. Udah tau punya pacar, eh malah kawin sama orang lain.
Jangan berprasangka buruk dulu terhadap Hani. Ia bukan tipe cewek yang disindir syair lagu dangdut pagar makan tanaman. Kenapa ia terima lamaran Abdu padahal ia tau Abdu itu pacarnya Anti? Jika Abdu ibarat permata, Hani tidak mencuri permata dari pemiliknya tapi mendapatkan permata yang dengan sendirinya datang ke rumahnya, dan ia sangat pantas mendapatkan permata tersebut. Loh kenapa begitu? Hani bukanlah wanita cantik tapi memiliki kepribadian yang menarik. Selama bertahun-tahun temenan sama Abdu ia enggak pernah ngecewain. Ia menjadi tempat Abdu waktu punya masalah, penghibur saat ia sedih, motivator waktu Abdu kehilangan gairah hidup. Hani betul-betul mengerti apa yang dibutuhkan Abdu. Ia enggak pernah berkomentar jika tidak perlu dan sikapnya tulus mencerminkan sahabat sejati.
Hani itu laksana pekarangan rumah yang di penuhi bunga. Siapapun yang ada didekatnya akan merasakan kedamaian. Pekarangan yang dipenuhi bunga tidak akan pernah membosankan pemiliknya karena senantiasa menghadirkan wangi semerbak dan udara sejuk.
Hani memang pantas berbahagia dengan Abdu, tapi kenapa harus mengorbankan Anti? Anti adalah pesakitan namun bukan Abdu yang menyebabkan apalagi Hani. Anti sangatlah cantik. Siapapun yang memandangnya akan berdecak kagum karena ia dianugrahi kesempurnaan jasmani seorang wanita. Sayang kecantikan yang ia miliki menjadikannya egois. Ia angkuh dan pencemburu.
Kalau Hani adalah pekarangan Anti itu laksana taman. Apalah artinya sebuah pekarangan jika disandingkan dengan taman. Apabila saya pribadi ditawari memilih diantara keduanya, secara alamiah saya pasti memilih taman. Sangat disayangkan Anti adalah taman yang tak berbunga. Semua orang pastilah Menginginkan taman. Mereka ingin menikmati keindahannya, bermanja-manja dengan suasananya dan dibuai kesejukannya. Namun ketika mereka memasuki taman tersebut dan mendapatkan kenyataan bahwa taman tak berbunga, niscaya mereka akan dilanda kebosanan dan cepat atau lambat akan meninggalkan taman itu sendirian.
Kecantikan tanpa dihiasi kebaikan hati laksana taman tak berbunga. Mengundang orang datang dari kejauhan namun saat mendekat mereka akan bosan lalu pergi kembali sambil menyesali waktu dan tenaga yang terbuang guna mendekati taman.
Gimana si Abdu, Apakah ia tipe cowok plin-plan? enggak, He's A perfect Guy. Abdu adalah perpaduan antara kesempurnaan jasmani, ketajaman pikiran dan kelembutan hati. Rata-rata pria memilih wanita karena kecantikan lahiriah, namun ia bukan termasuk mereka. Ia mencampakan cintanya kepada Anti mengikuti kata hati bahwa alasannya memiliki Anti adalah kecantikan jasmani. Cinta yang dipupuk dari bibit ketertarikan jasmani akan cepat pudar seiring dengan ke-tidak kekalan kecantikan.
Abdu lebih memilih Hani, si pekarangan bunga daripada Anti, sitaman gersang karena ia tidak ingin merajut ikatan semu yang hanya akan menghasilkan jemu.Baginya kecantikan hati (inner beauty) lebih utama dari kecantikan ragawi (naked beauty).
Nah, masih enggak PD dengan rupa kita yang enggak cantik?, masih minder waktu liat temen yang cantik?, atau malu karena belum laku padahal temen-temen pada dapat pasangan. Buang jauh-jauh perasaan itu, atau kalau perlu bungkus dalam kotak lalu lempar ke laut biar ditelen hiu. Ingat ORANG BAIK SELALU MENDAPAT YANG TERBAIK KARENA YANG TERBAIK PASTI MEMILIH YANG BAIK-BAIK.
..........................................................................................................................
senang sekali bisa berkunjung ke blog anda
ReplyDeletesangat menarik dan bermanfaat sekali
terimakasih banyak gan
thanks infonya gan sangat menarik
ReplyDeletebermanfaat dan menambah wawasan
share terus info yang menarik lainnya
infonya yang di sajikan sangat menarik
ReplyDeletebermanfaat dan menambah wawasan
terima kasih banyak semoga sukses terus
thanks gan infonya menarik sekali
ReplyDeleteshare terus info lainnya yang lebih menarik
semoga sukses terus dan tetep percaya diri
saya suka sekali dengan blog ini
ReplyDeletesukses selalu gan
wih sangat bagus gan info nya
ReplyDeletesaya sangat suka terimakasih
saya sangat sekali dengan info nya
ReplyDeleteterus lanjutkan kreasai nya gan
sukses terus