Ghurabaa (Militant Tauhid) adalah embrio dari gerilya energi
berandalan puritan. Ghurabaa (Militant Tauhid) adalah aset penting dari
lahirnya gerakan yang menamakan diri mereka Salam Satu Jari (One Finger
Underground Movement). Pada masa awalnya para founding father dari
Ghurabaa (Militant Tauhid) berpencar di beberapa kota. Kami menyadari
sebuah ancaman perang pemikiran yang bisa merubah gaya hidup dan sudut
pandang masyarakat terhadap nilai – nilai pergaulan anak muda. Nilai –
nilai pergeseran yang kini dianggap sebagai suatu yang wajar.
Kondomisasi, liberalisme, konsumerisme, individualisme, hingga ke
pemikiran bebas dengan atau tanpa label humanisme yang secara tidak
sadar sering berujung pada atheism, dari sebuah penipuan norma paling
menggelikan berlabel pluralisme dan hak asasi manusia.
Setelah coba melahirkan Berandalan Puritan, Ghurabaa (Militant
Tauhid) terus berdinamisasi untuk menyelam ke dalam tekanan air untuk
mengetahui hingga sejauh mana eksistensi dari pengaruh perang pemikiran
terhadap nilai – nilai Islam pada generasi mudanya. Dari sebuah sub
kultur yang sering disebut dunia underground. Kordinasi gerilya Ghurabaa
(Militant Tauhid) pasca lahirnya komunitas Berandalan Puritan berhasil
mempertemukan beberapa perwakilan Ghurabaa (Militant Tauhid) dengan
beberapa musisi senior di scene Underground. Kami pastikan bahwa kami
adalah aset penting lahirnya komunitas Salam Satu Jari (One Finger
Underground Movement). Secara fakta kami bermain dibalik layar, membaca
arah mata angin, menelaah fenomena, memancing reaksioner dan yang
terpenting adalah mengumpulkan data.
Hingga tiba saat dimana tim Ghurabaa (Militant Tauhid) harus ditarik
mundur dari medan gerilya tersebut, tentunya itu dilakukan setelah fakta
dan data – data yang kami butuhkan sudah kami dapatkan. Dan salah satu
aset yang kami tarik itu adalah band The Roots Of Madinah. The Roots Of
Madinah adalah titik vital dan nyawa juga gairah kontra kultur, yang
merupakan ujung tombak gerilya kami menembus titik vital area sentral
dari tekanan air yang kami inginkan. Keluarnya The Roots Of Madinah dari
komunitas Salam Satu Jari (One Finger Underground Movement) menjadi
titik penting, pemisahan diri kami dari euphoria Salam Satu Jari.
Dan setelah mengundurkan diri dari Salam Satu Jari (One Finger
Underground Movement) barulah kami menampakkan diri secara nyata siapa
kami dan bagaimana kami akan membuat keresahan yang lebih meresahkan
bagi semua kenyamanan eksistensi yang bermuara pada omong kosong gaya
hidup dan ideology semu, baik dari sentimen aliran musik, ideology,
fashion dan semua perangkat perang pemikiran yang sesungguhnya.
Ghurabaa (Militant Tauhid) adalah gerakan adalah ancaman adalah
second choice bagi kegelisahan pencarian, yang juga akan melahirkan
kegelisahan bagi pendukung kultur yang kami kontra berdiri menantangnya.
Ghurabaa (Militant Tauhid) adalah air yang merayap menembus serat serat
tanah, yang merembes kedalam serat serat beton yang keras dan kuat.
Hingga resapan air itu masuk ke kamar – kamar yang telah nyamankan
mereka yang tertidur lelap dalam pembodohan berlabel ideologi
pertemanan, pluralisme, humanisme dan lelucon anti terorisme yang pada
akhirnya semua eksistensi itu hanya bermuara pada doktrinasi
liberalisme, yang muara akhirnya secara tidak sadar menciptakan generasi
atheis tanpa sadar lalu membuat tidak sedikit generasi ini menjadi
penganut pagan tanpa sadar dengan berhala berhala pemikiran dan
pembodohan yang telah mereka benarkan.
Kami teteskan air dikala kalian terlelap dengan salah kaprah
pemikiran. Agar kalian terbangun, dan jika kalian marah percayalah kami
memang ancaman! Dan jika kalian menyambut dengan hangat percayalah kami
membawa keakraban yang menuai solusi kehidupan dari hasrat teguh sebuah
prinsip kebenaran kehidupan yang sejati, yang implementasinya menuntun
pada gaya hidup yang hakiki.
Kami tidak mengajarkan doktrinasi terorisme, tapi kami akan membuat
kalian mengerti siapa terorisme sebenarnya. Mereka para teroris telah
menyiksa ribuan penghulu kemuliaan peradaban di penjara Guantanamo
hingga Abu Ghraib. Mereka para teroris telah menggillir pemerkosaan para
wanita yang memuliakan dirinya dengan hijab di penjara penjara
tersebut. Mereka para teroris telah membakar masjid di Iraq hingga ke
negeri china. Mereka para teroris telah melarang hak menutup aurat di
Perancis. Mereka para teroris telah mengolok – olok wajah lelaki mulia
Muhammad Saw di Denmark. Mereka membantai mereka yang khusyu menjalankan
ibadah di selatan Patani Thailand. Mereka para teroris itu telah
menghujani lusinan generasi ini dengan kondomisasi, minuman keras dan
tato-isme.
Mereka menggelorakan pluralisme, padahal mereka tidak pernah adil
dalam bertoleransi terhadap iman kami. Mereka para teroris merusak jati
diri generasi kita dengan omong kosong pertemanan, yang ujungnya berubah
menjadi hasutan yang kecerdasannya merupakan pembodohan sok kritis,
untuk mengaburkan definisi kebenaran yang hakiki dari Rabb Semesta Alam.
Mereka para teroris telah memutar balikkan fakta, bahwa pornografi
adalah eksotisme adalah seni adalah hak asasi manusia, sementara mereka
diam dengan lusinan kasus pencabulan dan perzinahan yang merusak
generasi kami. Mereka para terorisme telah membakar kampong – kampong
muslim di Ambon. Mereka para terorisme telah membuat anak – anak menjadi
yatim di Palestina dan merampas kebun kebun kurma kami untuk mereka
kapitalisasi ke dalam bentuk tank – tank dan jet tempur yang pernah
membantai Shabra Shatilla dan desa kecil kami di Fallujah Irak. Mereka
para teroris telah membuat para istri menjadi janda dengan artileri
membabi buta, dan membuat kedamaian di kampong kami kian mencekam dengan
ketakutan dari kedigdayaan kami yang tak tahu dimana ayah kami berada.
Ya kami tidak mengajarkan terorisme, tapi kami akan membuat kalian
mengerti apa arti terorisme yang sebenarnya..
Kami bukan bagian dari para pendukung pluralism, tapi kami akan
ajarkan kalian apa itu toleransi yang hakiki. Karena nenek moyang kami
pernah membiarkan Ali Bin Abu Thalib ra kehilangan baju besinya untuk
konsistensi keadilan bagi seorang Nasrani pada zaman itu. Kami telah
menjaga setiap nafas kaum Nasrani saat Shahaludin Alayubi menaklukkan
Palestina, begitupula saat kakek moyang kami Muhammad Al Fatih
menaklukkan Konstantinopel, kami menjaga setiap nyawa, harta dan hak
ibadah mereka yang menolak beriman kepada Allah, yang pada waktu
bersamaan ada ribuan darah saudara kami dibantai di Andalusia. Kami
berdamai dengan mereka yang menghargai privasi dari aturan keimanan
kami, dan kami berperang karena kami diperangi baik secara pemikiran
ataupun konfrontasi fisik untuk membela kenyakinan kami. Ya kami adalah
fasis yang baik, dan kami tidak akan mati!!!
Sungguh kami tidak mencintai kekerasan. Kami hanya ingin berkarya,
membuat sebuah solusi dan pilihan – pilihan baru. Untuk sebuah gaya
hidup yang menjadi solusi dari kegamangan pergeseran budaya yang cukup
membuat kami terbuka mata dan hati, untuk tidak bisa tinggal diam. Walau
Karena semua itu kami akan diasingkan, namun dalam keasingan itu kami
menemukan militansi kami, karena itulah kami namakan diri kami Ghurabaa
(Militant Tauhid).
menarik infonya
ReplyDeleteserta menambah wawasan
terimakasih banyak