Mobil yang membawa presiden FC Barcelona, Josep Sunyol Garriga, memasuki
perbatasan kota Madrid. Saat itu lembaran waktu menujukkan tanggal 6
bulan Agustus tahun 1936.
Mobil Sunyol yang melaju dengan kecepatan sedang, tiba-tiba dihadang oleh sekelompok pria bersenjata lengkap. Mobil pria yang juga tokoh sentral kaum sosialis Republikan ini pun menepi. Sang presiden Barcelona ditawan oleh pasukan ultra-nasionalis pimpinan Francisco Franco.
Secara sepihak, Sunyol langsung diseret masuk ke dalam ibu kota kerajaan Spanyol. Di Madrid, junta militer Franco langsung melakukan penghakiman.
Mobil Sunyol yang melaju dengan kecepatan sedang, tiba-tiba dihadang oleh sekelompok pria bersenjata lengkap. Mobil pria yang juga tokoh sentral kaum sosialis Republikan ini pun menepi. Sang presiden Barcelona ditawan oleh pasukan ultra-nasionalis pimpinan Francisco Franco.
Secara sepihak, Sunyol langsung diseret masuk ke dalam ibu kota kerajaan Spanyol. Di Madrid, junta militer Franco langsung melakukan penghakiman.
Sunyol dihakimi karena dianggap telah mendegradasi arti kekuasaan kerajaan di Madrid dan lebih berpihak pada kekuatan rakyat di Katalan. Sang presiden Barcelona pun akhirnya dieksekusi mati dengan tembakan yang tepat bersarang di kepala
Peristiwa ini kemudian jadi simbol kemenangan ultra-nasionalis Spanyol pimpinan Franco atas separatis Republikan yang berhaluan kiri di Katalan. Lebih dari itu, peristiwa ini juga dianggap oleh ultras klub sepak bola, Real Madrid, sebagai simbol hegemoni mereka atas FC Barcelona, klub sepak bola representasi masyarakat katalonia.
Franco yang dikenal sebagai penggemar El Real, ditahbiskan sebagai salah satu 'pahlawan' klub. Tidak heran, poster Franco pun kerap terpampang di Santiago Barnabeu setiap Madrid melakoni laga El Clasico kontra Barcelona.
Franco adalah diktator fasis yang merebut kekuasaan
di Spanyol setelah kaum nasionalis dengan bantuan Fasis Italia
mengalahkan kaum Republikan dengan bantuan komunis Uni Sovyet dalam
sebuah perang saudara di Spanyol.Pada masa kepemimpinannya franco
begitu menyiksa warga catalan karena warga catalan belum dengan tulus
menjadi bagian dari Negara Spanyol. Barcelona yang notabenya ibukota
provinsi Catalonia menjadi tempat berkumpul bagi orang - orang Catalan
dimana pada saat itu Franco melarang penggunaan bahasa Catalan. Hal ini
membuat Franco geram.Dilapangan sendiri terlihat jelas bahwa Franco
lebih mendukung Madrid yang merupakan pusat peradaban dari Spanyol.
Hutang Sejarah
Pada Rabu (18/1) malam waktu setempat atau Kamis (19/1) dini hari WIB, foto Franco pun siap kembali diusung Ultras Sur --kelompok radikal suporter Real Madrid-- saat mereka menjamu Barcelona di El Clasico jilid II yang kali ini berlangsung di ajang Copa Del Rey.
Di pihak lain, kenangan atas sosok Sunyol terus bersemayam di hati setiap Barcelonistas. Dendam kebencian terhadap 'kekejaman' Madrid terus terpelihara secara turun temurun di hati para pendukung Barcelona. Perjuangan Sunyol selalu jadi inspirasi mereka setiap bertandang ke Barnabeu.
Jadi El Clasico sendiri bukan hanya duel antara Madrid dan Barca semata namun menjadi semacam perlawanan bangsa Catalan terhadap sang Jenderal.
Tak sampai disitu rivalitas mereka terjadi dalam bursa transfer, pada tahun 1950 kedua tim bertarung untuk memperebutkan satu pemain yaitu Di Stefano. Perebutan itu sendiri dimenangkan Madrid dengan bantuan Franco dan hal itu tentu membuat publik Catalan semakin meradang. Mulai sejak itu rivalitas barcelona dan real madrid terus terjadi, baik di dalam pertandingan, maupun bursa transfer pemain. Kedua klub ini saling merebut pemain. Bahakn penduduk spanyolpun terpecah dalam hal sebagai pendukung kedua klub ini.
Hutang Sejarah
Pada Rabu (18/1) malam waktu setempat atau Kamis (19/1) dini hari WIB, foto Franco pun siap kembali diusung Ultras Sur --kelompok radikal suporter Real Madrid-- saat mereka menjamu Barcelona di El Clasico jilid II yang kali ini berlangsung di ajang Copa Del Rey.
Di pihak lain, kenangan atas sosok Sunyol terus bersemayam di hati setiap Barcelonistas. Dendam kebencian terhadap 'kekejaman' Madrid terus terpelihara secara turun temurun di hati para pendukung Barcelona. Perjuangan Sunyol selalu jadi inspirasi mereka setiap bertandang ke Barnabeu.
Jadi El Clasico sendiri bukan hanya duel antara Madrid dan Barca semata namun menjadi semacam perlawanan bangsa Catalan terhadap sang Jenderal.
Tak sampai disitu rivalitas mereka terjadi dalam bursa transfer, pada tahun 1950 kedua tim bertarung untuk memperebutkan satu pemain yaitu Di Stefano. Perebutan itu sendiri dimenangkan Madrid dengan bantuan Franco dan hal itu tentu membuat publik Catalan semakin meradang. Mulai sejak itu rivalitas barcelona dan real madrid terus terjadi, baik di dalam pertandingan, maupun bursa transfer pemain. Kedua klub ini saling merebut pemain. Bahakn penduduk spanyolpun terpecah dalam hal sebagai pendukung kedua klub ini.
http://bit.ly/zHsTi6
http://bit.ly/wqc48r
Madrid
Barcelona
No comments:
Post a Comment
No Sara No Anarki....
klik Select Profile ( pilih name/URL dan isilah namamu selengkapmu gan..)