Tanpa terasa, Hari Rabu 24 Juni 2009, tepat tanggal 1 Rajab 1430 H. Bulan Rajab adalah salah satu dari Empat Bulan Haram atau yang dimuliakan ALLAH Ta’ala (Bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab).
ALLAH SWT berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi ALLAH adalah dua belas bulan, dalam ketetapan ALLAH di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya ALLAH beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At Taubah 36)
Fenomena pergantian bulan di mata seorang muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat kekuasaan ALLAH Ta’ala dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga sebagai sarana ibadah.
Karena itu, pergantian bulan dalam bulan-bulan Hijrah kita disunnahkan untuk berdo’a, terutama ketika melihat hilal atau bulan pada malam harinya. Do’a yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah saw. adalah:
“Ya ALLAH, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb ku dan Rabb mu ALLAH. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.” (HR. Tirmidzi)
ALLAH SWT berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi ALLAH adalah dua belas bulan, dalam ketetapan ALLAH di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya ALLAH beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At Taubah 36)
Fenomena pergantian bulan di mata seorang muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat kekuasaan ALLAH Ta’ala dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga sebagai sarana ibadah.
Karena itu, pergantian bulan dalam bulan-bulan Hijrah kita disunnahkan untuk berdo’a, terutama ketika melihat hilal atau bulan pada malam harinya. Do’a yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah saw. adalah:
“Ya ALLAH, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb ku dan Rabb mu ALLAH. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.” (HR. Tirmidzi)
Untuk belajar memuliakan bulan-bulan yang Allah dan Rasul-Nya muliakan, saya kutipkan di bawah ini hadist-hadist tentang Bulan Rajab dari buku “Keaguangan Rajab dan Sya’ban” karya Abdul Manan bin Haji Muhammad Sobari, Penerbit Republika, 1992.
Rasulullah SAW bersabda,: “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, dan Sya’ban adalah bulanku, serta Ramadhan adalah bulan ummatku.” (Duratun Nashihin 1: 163)
Rasulullah SAW bersabda,:“Apabila telah datang hari Kiamat, maka ada suara memanggil: ‘Dimana para ahli Rajab?’
Maka memancarlah sinar, kemudian disusul oleh para malaikat yang diikuti pula oleh para ahli Rajab, dan mereka semua melewati Shirathal Mustaqim bagaikan halilintar yang menyambar. Selanjutnya mereka sujud kepada Allah karena bersyukur telah melintasi Shirathal Mustaqim.
Maka Allah SWT berfirman:” Wahai para ahli Rajab, angkatlah kepalamu pada hari ini sebab kamu sekalian telah bersujud di dunia pada bulan-Ku (Rajab). Pergilah kalian ke tempatmu masing-masing.” (Duratun Nashihin 1: 165-166)
Shaum di Bulan Rajab
Shaum dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya hukumnya sunnah.
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah aw. Bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rasulullah saw. juga bersabda: “Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya ALLAH tidak pernah bosan hingga kalian bosan”.
Ibnu Hajar, dalam kitabnya “Tabyinun Ujb”, menegaskan bahwa tidak ada hadits, baik sahih, hasan, maupun dha’if yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab.
Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang mengkhususkan bulan Rajab dengan berpuasa.
Ditulis oleh Imam Asy Syaukani dalam Kitabnya, Nailul Authar, menerangkan bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur As Sam’ani yang mengatakan bahwa tidak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus.
Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.
Namun demikian, sesuai pendapat Imam Asy Syaukani, bila semua hadits yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat untuk dijadikan landasan, maka hadits-hadits yang umum, seperti yang disebut di atas, itu cukup menjadi hujah atau landasan.
Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.
Do’a Bulan Rajab
Bulan Rajab merupakan awal untuk menghadapi Bulan Suci Ramadhan. SubhanALLAH, Rasulullah saw. menyiapkan diri untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan selama dua bulan berturut sebelumnya, yaitu bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Dengan berdoa dan memperbanyak amal shalih.
Do’a keberkahan di bulan Rajab.
Bila memasuki bulan Rajab, Nabi saw. mengucapkan, “Allaahumma Baarik Lana Fii Rajaba Wa Sya’baana, Wa Ballighna Ramadhaana. “Ya ALLAH, berilah keberkahan pada kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
Memperbanyak amal shaleh, seperti shaum sunnah, terutama di bulan Sya’ban. Diriwayat oleh Imam al-Nasa’i dan Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Huzaimah. Usamah berkata pada Nabi saw.
“Wahai Rasulullah, saya tidak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Engkau lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang. Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa.”
Keutamaan Bulan Rajab
Dikutip dari sebagian kitab Durratun Nasihin hasil karya dari Syeikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyyi
“Barangsiapa menghidupkan malam pertama bulan Rajab / berjaga malam dengan ibadah, maka hatinya tidak mati dimana hati orang-orang lain sama mati dan Allah melimpahkan kebaikan yang banyak dari arah kepalanya, bahkan menjadi bersih dari dosa, sebagaimana waktu dia dilahirkan oleh ibunya dan dia bisa memberikan pertolongan / syafa’at terhadap tujuh puluh ribu orang yang berdosa yang seharusnya masuk neraka.” ( Demikian di “Lubbih Albaabi oelh Al Maulaa Taajul Arifin” – A’rajiyyah )
“Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari pada madu, lebih sejuk dari pada es dan lebih harum dari pada minyak misik, maka saja bertanya kepada Jabrail” “Untuk siapakah sungai ini ?’’ Dia menjawab: “ini untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau dibulan Rajab”
Muqatil ra meriwayatkan “Bahwa sesungguhnya dibelakang gunung Qaf terdapat sebuah bumi berwarna putih, yang debunya seperti perak, luasnya tujuh kali dunia ini dan penuh dengan para malaikat, yang kalau sekiranya sebatang jarum jatuh niscaya mengenai mereka. Dan masing-masing malaikat memegang sebuah bendera yang bertuliskan “Laa ilaaha illallahu MuhammadurRasuulullaah”. Mereka berkumpul pada tiap-tiap malam jum’at dibulan Rajab disekitar gunung Qaf, serta bertawadhu’ tunduk dengan memohonkan keselamatan bagi umat Nabi Muhammad seraya berdo’a :
“Rabbanaar ham ummata Muhammadin wa laa tu’adzdzibhum”
Ya Tuhan kami, belas kasihanilah umat Muhammad dan jangan Engkau Siksa.
Dan mereka para malaikat, memohonkan ampunan dan tadharru’ merendahkan diri kepada Allah sampai waktu shubuh.
Maka Allah berfirman: “Yaa Malaaikatii wa ‘izzatii wa jalaalii qad ghafartu lahum”
“Hai para malaikatKu, demi keperkasaanKu dan ketinggianKu, sungguh mereka telah Aku ampuni
( Majaalisl Abraari )
Dihikayatkan, bahwa ada seorang perempuan, ahli ibadah bertempat tinggal di Baitil Maqdis; bila datang bulan Rajab maka tiap-tiap hari dia membaca “Qul huwallahu ahad” dua belas ribu kali, sebagai penghormatan kepada bulan Rajab itu dan dia menaggalkan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian biasa. Pada suatu bulan Rajab orang perempuan itu menderita sakit sehingga terpaksa berwasiyat kepada anaknya agar supaya nantinya dia dikebumikan beserta pakaian biasannya.
Ketika meninggal dunia ternyata mayatnya dikafani oleh anaknya dengan kain baik yang tinggi harganya, karena riyaa kepada manusia / agar mendapat pujian dari manusia.
Pada suatu malam anaknya bermimpi berjumpa ibunya yang belum lama dikebumikan. Ibunya berkata kepadanya; “Hai anakku, mengapa engkau tidak melaksanakan wasiyatku, sungguh aku tidak rela kepadamu’. Seketika terbangunlah dia dengan terkejut lagi ketakutan. Pagi harinya dia menggali kubur ibunya, ternyata tidak dia dapatkan ibunya didalam kubur itu, maka binggunglah dia sambil ragu dan menangis keras sekali. Kemudian dia mendengar suara mengundang; “Hai, tahukah engkau, barangsiapa yang mengagungkan bulanKu, bulan Rajab, Aku tidak meninggalkan dia sendirian didalam kubur”.
( Zubdatul Waa’izdiina )
Abu Bakar berkata : “Apabila telah lewat sepertiga malam jum’at dari bulan Rajab, maka semua malaikat dilangit dan dibumi berkumpul di ka’bah. Maka Allah melihat mereka dan berkata : “Hai para malaikatku, mintalah kamu sekalian apa apa yang kamu kehendaki, mereka menjawab “Tuhan kami, hajat kami ialah agar supaya Engkau berkenan memberi ampunan kepada siapa saja yang berpuasa dibulan Rajab”
Allah berfirman: “Sungguh mereka telah kuampuni”
Dari Siti Aisyah r.a berkata, Nabi bersabda :
“Semua manusia dalam keadaan lapar dihari qiyamat kecuali para Nabi, para keluarganya dan orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, maka sungguh mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka” ( Zubdztul Waa’izdiina )
“Apabila telah datang hari Qiyamat, maka ada suara memanggil: “Dimana para ahli Rajab ( yang berpuasa, sholat malam, yang bershalawat dan yang memperbanyak ibadah ) ?, maka memancarlah sinar, kemudian diikuti oleh Jibrail dan mikail, dan diikuti pula oleh para ahli Rajab. Dan mereka semua melewati jembatan ( Shirathal Mustaqim ) laksana halilintar yang menyambar. Kemudian mereka sujud kepada Allah untuk bersyukur karena mereka sudah bisa melewati jembatan tadi. Maka Allah berfirman : “Hai para ahli Rajab, angkatlah kepalamu pada hari ini, sebab kamu sekalian telah bersujud didunia dibulan Rajab-Ku dan pergilah ketempatmu masing-masing”.
Tsauban bercerita: “Kami bersama-sama Rasulullah berjalan melewati sebuah kubur, maka Nabi berhenti kemudian menangis sampai keras sekali, lalu berdo’a kepada Allah, maka saya bertanya kepadanya : “mengapa engkau menangis wahai Rasulullah ?
Beliau menjawab: “Hai Tsauban, mereka itu sama disiksa dikubur mereka ini dan saya berdo’a kepada Allah , maka Dia ( Allah ) meringankan siksa mereka.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Hai Tsauban, kalau sekiranya mereka mau berpuasa satu hari saja dibulan Rajab dan mau tidak tidur semalam saja dibulan Rajab, niscaya mereka tidak disiksa dikubur mereka”.
Saya bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan tidak tidur / sholat semalam saja bisa menolak siksa kubur ?” Nabi bersabda: “Hai Tsauban, demi Allah Dzat yang telah mengutus saya sebagai Nabi, tidak seorang muslim laki-laki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dibulan Rajab dengan niyat karena Allah , kecuali Allah mencatat baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun”. Wallahualam bissawab
"Allahumma bariklana fii Rajab wa Sya'ban wa balighna Ramadhan, Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan mohon sampaikan kami ke bulan Ramadhan" Amiin
Selamat memasuki bulan Rajab, Semoga kita sama2 dapat meningkatkan iman kita di bulan Rajab ini dan senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment
No Sara No Anarki....
klik Select Profile ( pilih name/URL dan isilah namamu selengkapmu gan..)