Tuesday, September 7, 2010

Belajar Dari Filosofi Air


Ingat pelajaran kita sewaktu masih duduk di SD! Berapa perbandingan luas daratan dan lautan? Ternyata kita ini berada di dunia yang 2/3nya terdiri dari air! Apa jadinya, jika seluruh gumpalan es-es di kutub mencari karena pamanasan global? Tinggal berapa persen jumlah daratan di Bumi?


Mari lebih mengecil! Tenggok diri kita ini. Nampaknya kita memiliki tulang dan daging yang kuat. Mungkin kita berpikir, hanya sedikit air, tetapi jika tubuh gagah kita ini diperas, sebagian besar adalah air! Darah adalah cair, bercampur daging yang lembek karena penuh air, mungkin hanya tulang dan gigi saja yang agak lama menjadi cair!


Bahkan kita terlahir juga jasa cairan, yang tentu zat cair! Apa yang banyak keluar dari tubuh kita selama kita beraktivitas? Olahraga keluar keringat (air), menangis karena sedih dan gembira, keluarlah air mata (air). Kita ke kamar mandi, membuang air (tentu air besar maupun air kecil).


Demikian apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita, ternyata berujung pada air. Nasi yang kita makan, kita kunyah menjadi lembut dan terhantar sampai lambung dan terproses dengan cairan (air), kalau kita tidak dapat makan karena sakit dimasukkanlah cairan (air infuse).


Singkat cerita, kehidupan kita dari lahir sampai mati, terutama perjalanan proses kehidupan kita, pemeran utamanya adalah air.


Ini fenomena, tetapi ini bermakna! Air adalah air yang mengalir ke seluruh pembuluh dan rongga yang dapat tertembus secara wajar maupun melalui proses yang lebih rumit, perembesan atau sistem kapilerisasi yang sering kita bingung ketika masih kecil melihat air bisa naik ke tembok-tembok yang semula kering!


Pernahkah kita menangkap makna dari fenomena ini?


Sudahkah kita belajar hidup mengikuti bagaimana air mengalir menuju tempat yang lebih bawah? Ternyata kita tidak melakukan itu! Kita sering kurang menundukkan wajah mensyukuri nikmat Allah. Kita sering sebaliknya menatap ke atas, bahkan berebut meraih tangga ke atas meraih jabatan, bahkan sampai nyawa taruhannya untuk naik, padahal Alam mengajarkan kita untuk berjalan menunduk ala air mencari celah! Kita ini berjalan menuju ke bawah, bahkan ke dalam tanah…. Kematian!


Melihat ke bawah inilah yang dapat mengingatkna kita, tidak perlu berkelahi memanjat jabatan sambil berpeluh darah dan air mata, bukankah jabatan adalah amanah, bila ia milik kita kita akan disodori tanda tangan untuk maju duduk dan dipilih tanpa harus memamerkan kehebatan kita!


Sudahkah kita belajar meniru gaya air mengalir yang terus berjalan tiada henti, meskipun energy tinggal setitik, tetapi manakala masih ada celah, maka berjalanlah air itu! Tidak! Ternyata jawabannya juga tidak! Kita belajar hanya bila kita ingin, bahkan kita malah tidak belajar tetapi membuat bendungan-bendungan untuk kita ambil manakala kita mau! Sayangnya kita lupa apa yang kita rencanakan, bahkan bendungan sampai meluber bahkan menggenangi lahan-lahan orang lain yang sebenarnya tidak membutuhkan. Ingat! Banyak kita dan kawan kita suka mencontek bukan? Banyak guru yang kehilangan jati diri karena menjual lembar-lembar soal dan kunci jawaban kepada siapa yang membeli, dengan dalih agar sekolahnya tidak gulung tikar, bahkan rela melubangi tembok kelas untuk mengirim kunci jawaban ke murid-murid.


Bendungan-bendungan itu perlu kanal! Kita tidak mampu meminum dari bendungan air, tetapi jika kita mengkanalisasi aliran air, ia akan berjalan secara alamiah menuju alur-alur yang terciptakan, mungkin tanpa sengaja. Dan jika, masa depan kita berjalan laksana air mengalir yang berjalan terus menerus, tentu tidak perlu membendung untuk ego-ego sektoral, tetapi biarkan anak-anak berjalan ala air mengalir, asalkan ia mengalir terus, maka ia akan sampai ditujuannya!


Anak adalah belajar, dan belajar adalah air yang mengalir tanpa perlu pompa hidrolik. Air bisa merambat perlahan menuju puncak-puncak ketinggian, tentu sesuai batas kemampuannya. Anak juga dapat mengalirkan kemampuannya, belajar terus mengalir meraih tingkatan dan merambat manakala menuju keketinggian!


Belajar tak sekedar Strabery, masukkan mulut kunyah tinggal tersisa biji kecil yang kita buang dari sela bibir kita. Ya! Karena itu belum selesai, belajar membutuhkan perjalanan dari masuk sampai produk, dari produk sampai penyimpanan yang nanti dikeluarkan tanpa kita tahu kapan waktunya. Belajar itu air yang harus membasahi tubuh dan otak kita setiap saaat, tidak perlu ditahan dan tidak perlu dikumpulkan menjadi satu. Belajar itu kehidupan yang berjalan, tepatnya mengalir menuju ke tempatnya!


Jangan biarkan ia tergenang tanpa kanal, jangan biarkan ia terbendung jika tak punya tanggul. Bila tergenang bersama dengan kotoran ia akan merusak, jika bendungan tak terjaga ia akan meluap dan merusak. Biarkan belajar itu seperti air mengalir…………. Lakukan seperti air mengalir, jangan tunda atau malah kamu buang…. Karena ia malah akan membuang kita…


Air terus mengalir ke satu arah, tidak peduli apa yang terjadi. Ketika ada batu besar di tengah-tengah, apakah air akan menyerah dan berhenti mengalir? Apakah air akan berkata, "Ada batu besar di depan, lebih baik saya menyerah dan berbalik?



Air itu akan tetap mengalir melewati batu dengan mengalir ke sisi kiri dan atau kanan baru. Meskipun nda menghalangi air dengan membuat penahan di sepanjang sungai, air akan tetap mengalir. Seperti layaknya bendungan, meskipun air ditahan, ia akan terus mengalir dan dalam waktu lama akan berkumpul lebih tinggi dari bendungan dan berhasil mengalir keluar. Hebatnya, semakin ditahan, kekuatan air akan semakin besar sehingga dapat membangkitkan listrik dan bisa membantu masyarakat lainnya.


Air tidak pernah berpikir untuk berbalik arah. Air tidak pernah berhenti untuk mengalir hanya karena ada beberapa penahan di depannya. Jika menemui rintangan yang berat, maka air bisa mengmabil jalan lain dan melewatinya. Air juga tidak boleh takut jika sudah berada di tepi air terjun. Ia akan terus mengalir dan jatuh ke bawah dan kemudian terus mengalir maju ke depan. Begitu juga, ketika anda menemui sesuatu hal yang sangat membuat gentar, maka anda harus berani menghadapinya daripada menghindari dan memutuskan untuk menyerah.


Belajar


Lakukan……..


Lakukan…………


Lakukan………………


jangan pernah berhenti selagi nafasmu masih berdetak, alirkan dia…dan kita akan hidup



dari berbagai sumber 1, 2, dengan sedikit goresan dan reedit ulang... ^^




Blogged with the Flock Browser

1 comment:

No Sara No Anarki....
klik Select Profile ( pilih name/URL dan isilah namamu selengkapmu gan..)