Saturday, March 13, 2010

Lorong itu Sempit





Kotagede
Sebuah kota kecil d tenggara Yogyakarta
kota tua yang merupakan bekas daerah dari kerajaan Mataram Kuno
kota yang terkenal dengan kerajinan perak dan makanan khas kipo dan yangko
Sejak kecil kujalani sepanjang masa d kota tua itu..
Kota yang mengajari aku tentang arti hidup d dunia ini..
Kota yang mengajariku tentang sopan santun dan keyakinan..
Namun tidak ada yang mampu mengalahkan kecintaanku terhadap kotagede selain menyusuri setiap gang atau lorong kecil dengan jalan kaki atau menggunakan sepeda tuaku..
Lorong itu merupakan suatu jalan bagi orang untuk berinteraksi
Kadang-kadang lorong itu ramai, namun ada juga lorong yang jarang dilalui orang...
yang mana orang lebih memilih jalan yang lebih besar dan ramai..
Apalagi kalo malam hari,lorong itu yang hanya diterangi lampu kecil 10 watt itu yang jarang dilalui orang,
bahkan banyak orang menghindarinya..
Mungkin ada cerita bawah tanah adanya suatu mistik di lorong itu begitulah kata temen2ku..
Namun entah kenapa diriku lebih memilih jalan melewati lorong itu dbanding dengan melewati jalan besar pada umumnya
Di Lorong itu ak berdiri,rasanya aku merasakan adanya energi yang tak bisa diungkapkan dengan kata...
Lorong itu menyimpan suatu misteri, namun diriku hanya bisa merasakan lorong itu terasa sempit dan sepi..
Sepertinya lorong itu ingin berkata kepadaku dan akupun ingin berkata dengannya..
Karena itu,ak bisa merasakan sendiri "who am i?" siapakah diriku?
Aku merasa sangat diriku sendiri..
Lorong itu senyap dingin,kadang pula ada coretan aneh2 yang bisa dbaca oleh orang yang melewatinya..
Tembok dari lorong itu sudah mulai rapuh dan cat tembok sudah tak berwarna seperti aslinya dan sudah dtempeli oleh lumut lumut hijau..
Tembok itu sudah berusia puluhan tahun, bahkan mungkin umur tembok itu lebih tua daripada umur diriku..
Dari atas atap rumah tua itu angin bertiup semilir membasahi seluruh tubuhku
Lorong yang hanya keliatan terang bila hanya cahaya matahari tepat diatas kepala kita,
pagi dan sore lorong itu terasa gelap dingin rasanya..
Lorong itu terasa lebar ketika aku berjalan sendirian..
Lorong itu terasa sempit ketika aku berpapasan dengan dengan orang lain yang sama naek sepeda..
aku harus menghentikan sejenak mengayuh sepedaku untuk mempersilahkan orang lain untuk berjalan...
Disetiap melewati jalanan kotagede adanya suatu sopan santun yang sering aku dnasehati oleh nenekku dan kedua orang tuaku agar selalu mengucapkan permisi or dalam bhs jawa "nyuwun sewu" atau "nderek langkung" bila kita berada dihadapan rumah orang yang lewatiku..
Suasana yang tak bisa kurasakan di kota kota besar lain yg pernah kutemui..
atau kota kota yang katanya sudah modern dan sduah berbudaya..

Uh rasanya aku ingin menjalani seluruh kehidupanku di kota ini...

Jogja, 12 April 2010
with love

1 comment:

No Sara No Anarki....
klik Select Profile ( pilih name/URL dan isilah namamu selengkapmu gan..)